Apa kabarmu disana nak?
Dikota yang berjarak dua jam perjalanan dari sini, apa kau masih mengingat orang tua renta ini?
Yang setiap saat tak henti mendoakan segala yang terbaik untukmu.
Ah.. ayah ingat ketika siang itu, sebelum berangkat kekota, dengan wajah malu-malu kau bercerita tentang niat seorang laki-laki untuk meminangmu.
Kau tahu nak_ sudah lama ayah bersiap untuk menanti kabar ini, kabar tentang seorang yang akan membawamu pergi jauh dari ayah.
Kabar tentang laki-laki yang meminta pengalihan tanggung jawab dari ayah.. sungguh sudah lama ayah mempersiapkan diri.
Tapi tetap saja siang itu ayah terkejut, meski mungkin tidak begitu terlihat diwajah ayah.
Siapa dia nak?
Siapa laki-laki yang berani memintamu dari ayah?
Bawa dia kesini... biar ayah lihat dulu, seberapa mampu dia meyakinkan ayah bahwa dia akan memperlakukan dan menjagamu tidak kurang dari ayah.
Bawa dia kesini nak... biar ayah nilai dulu, seberapa tulus dia menyayangi dan membimbingmu tidak kurang dari ayah. Ayo bawa dia kesini... biar ayah pertimbangkan dulu, seberapa baik agamanya, seberapa besar tanggung jawabnya, dan seberapa sabar dia menghadapi putri kecil ayah.
Nak_ ayah tahu siang itu akan datang, siang yang mengharuskan ayah untuk menyadari bahwa putri kecil ayah akan segera menggenapkan setengah agamanya, dengan bakti pada dia yang belum ayah kenali.
Padahal dimata ayah, kamu masih gadis kecil yang beberapa waktu lalu merengek minta dibelikan benang untuk layangan, sebab teman-teman seusiamu yang rata-rata laki-laki sudah punya benang yang panjang untuk layangan mereka.
Rasanya kamu masih gadis kecil ayah yang mengadu dengan mata berkaca-kaca bahwa benang layangannya telah kusut, yang terkantuk-kantuk menunggui ayah memperbaikinya agar bisa bermain lagi esok paginya.
Yang dulu melempar sepatunya kelaut sebagai alasan meminta ayah mengizinkanmu bermain air.
Yang dulu membongkar tas ayah, mencari receh untuk celengan ayammu diatas lemari.
Dan kemarin, ketika dengan izin ayah, kau pergi berkenalan dengan keluarga besarnya.
Kembali ayah harus segera menyadari bahwa binar yang kau bawa pulang itu tidak biasa, binar yang belum pernah ayah lihat ketika dengan antusias kau bercerita.
Sebenarnya nak, ayah cemburu. ayah mencemburui dia yang tiba-tiba datang tapi sudah mampu menghadirkan getar-getar rasa yang terlihat dirona wajahmu.
Tapi percayalah nak, kecemburuan itu segera ayah tepis, ayah usir dengan keyakinan bahwa posisi ayah dan posisinya itu tidak disatu tempat.
Bahwa warna cinta untuk ayah tidak sama dengan warna cinta untuknya. Ayah tidak salah, bukan?
Sedikit pesan ayah... setelah nanti kau ayah serahkan dengan disaksikan oleh para malaikat.
Jadilah pendamping yang patuh nak, yang senantiasa bersyukur dan berterimakasih, yang menjaga diri dan hartanya, yang tidak mudah menuduh dan menyakiti hatinya, yang menyimpan rahasia dan menutupi aibnya. sebab tidak mudah untuk menjadi seorang suami, tidak mudah untuk menjadi orang yang bertanggung jawab penuh terhadap orang lain, yang harus menjaga dirinya dan ahlinya dari api neraka.
Jadi sekali lagi nak... jangan bebani dia, tapi bantulah dia sesuai peran yang kau punya.
Read more
SEORANG lelaki yang baru menikah tinggal menumpang di rumah mertuanya.
Beberapa saat tinggal bersamanya, akhirnya ia demikian kesal dengan ibu mertuanya yang menurutnya sangat brengsek, cerewet, bawel, bossy, dan angkuh sekali.
Setelah dua tahun, baginya cukup sudah penderitaan itu. Ia memutuskan untuk mengakhiri dengan berencana membunuh ibu mertuanya.
Setelah memutar otak, ia pergi mendatangi dukun yang paling sakti di daerahnya.
Usai bercerita dengan penuh kegeraman, sang dukun tersenyum dan mengangguk-angguk.
Diberinya sebotol cairan yang menurut petunjuk dukun adalah racun yang sangat mematikan.
Syaratnya harus diberikan sedikit demi sedikit selama 2 bulan, dan dalam memberikan ia diharuskan bersikap manis, berkata lebih sopan, serta selalu tersenyum.
Hal ini untuk membuat si mertua supaya tidak mencurigainya.
Dengan penuh kesabaran, hari demi hari ia mulai meracuni si mertua, tentunya dengan sikap manis, tutur kata yang lebih santun serta senyum yang tidak lepas dari mulutnya.
Perlahan namun pasti ia mulai melihat perubahan pada mertuanya.
Ada satu hal yang membuatnya bingung, setelah satu bulan ia meracuni mertuanya, kelakuan mertua ini justru berubah menjadi demikian baik padanya.
Sikapnya berubah 180 derajat dari sebelumnya, ia mulai menyapa lebih dahulu setiap kali ketemu. Pikirnya, ini pasti akibat awal dari racun itu, yakni adanya perubahan sikap sebelum akhirnya meninggal.
Mendekati hari ke-40 sikap mertua semakin baik dan hubungan dengannya semakin manis, ia mulai membuatkan minum teh di pagi hari, menyediakan pisang goreng dan seterusnya.
Sebuah perilaku mertua yang dulu tidak pernah ia bayangkan akan terjadi.
Puncaknya pada hari ke-50 mertua memasakkan makanan yang paling ia sukai, bahkan di pagi harinya ia terkejut saat mendapati bajunya sudah dicuci bahkan diseterika oleh si mertua.
Tak ayal lagi, hati kecilnya mulai memberontak.
Muncullah rasa bersalah yang makin hari makin menguat.
Pada hari ke-55, sudah tak terbendunglagi penyesalan itu, karena melihat perubahan si Ibu mertua yang menjadi sedemikian sayang padanya.
Akhirnya pergilah ia ke dukun itu lagi, dengan terbata-bata penuh penyesalan dan rasa berdosa ia memohon-mohon untuk dibuatkan penangkal racun yang pernah diberikan sang dukun padanya.
Dengan senyum bijaksana bak malaikat, dukun itu berkata “Cairan yang kuberikan padamu dulu itu bukanlah racun, namun air biasa yang kuberi warna saja.
Sikap mertuamu yang berubah menjadi sayang padamu, disebabkan karena SIKAP DIRIMU YANG TERLEBIH DAHULU BERUBAH MENJADI LEBIH RAMAH, LEBIH SANTUN DAN SELALU SENYUM PADANYA.”
Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas.
Pertama, sikap buruk/penolakan orang lain, hanyalah sebagai akibat/reaksi atas sikap buruk kita padanya.
Kedua, kalau mau mengubah orang lain, kitalah yang berubah dahulu.
Ketiga, tidak semua ‘dukun’ salah. Kita juga harus jadi ‘dukun’ kalau sukses belajar yakni ‘duduk dengan tekun’.
Keempat: Selamat mencoba!
Read more
TERSEBUTLAH kisah, seorang Imam yang dipanggil ke suatu tempat untuk menjadi Imam di sebuah masjid. Ia pun hendak berangkat ke tempat itu, telah menjadi kebiasaan, Imam tersebut selalu menaiki bus untuk pergi ke masjid.
Pada suatu hari, selepas Imam tersebut membayar tiket dan duduk di dalam bus, dia tersentak saat kondektur bus tersebut memberikan uang kembaliannya, ternyata uang itu lebih, dari yang seharusnya ia kembalikan, sebanyak 20 ribu.
Sepanjang perjalanan Imam tersebut memikirkan tentang uang 20 ribu tersebut.
“Perlukah aku mengembalikan uang 20 ribu ini?” Imam tersebut bertanya kepada dirinya.
“Ah… pemilik bus ini sudah kaya, rasanya hanya uang sebesar 20 ribu tidak akan menjadi masalah. Untuk membeli bensin pun tidak akan cukup,” hati kecilnya berkata-kata.
Sesampainya di masjid, Imam itu pun segera menghentikan bus dengan membunyikan bel. Bus pun berhenti.
Namun, saat akan turun Imam itu merasakan kaku tubuhnya.
Seketika itu juga ia berhenti berjalan dan berpaling kepada kondektur bus, sambil mengembalikan uang 20 ribu yang tadinya takkan dia kembalikan.
“Tadi, kamu memberikan uang kembalian terlalu banyak kepada saya,” kata Imam kepada kondektur bus.
“Oh, terima kasih!
Kenapa dikembalikan pak? padahal uang 20 ribu itu sangat kecil nilainya,” tutur kondektur bus.
Sang Imam pun menjawab, “Uang tersebut bukan milik saya, sebagai seorang muslim saya harus berlaku jujur.”
Kondektur bus tersebut tersenyum dan berkata,
“Sebenarnya saya sengaja memberi uang kembalian lebih sebanyak 20 ribu, saya ingin tahu kejujuran anda wahai Imam.”
Imam tersebut turun dari bus dan seluruh jasadnya menggigil kedinginan. Imam tersebut berdoa sambil menadah tangan,
“Astaghfirullah! Ampunkan aku ya Allah, aku hampir-hampir menjual harga sebuah iman dengan 20 ribu.”
Kini, banyak sekali orang yang dengan mudahnya menukar keimanan dengan beberapa bungkus mie atau sedikit beras.
Hanya untuk mengenyangkan perut, tanpa mengingat balasan yang akan didapat di dunia ataupun di akhirat.
Banyak orang yang tidak sadar, uang yang dia konsumsi akhirnya akan menyalakan api di akhirat kelak. “Sedikit kok,” mungkin begitulah tadinya para petinggi yang menyalahgunakan uang umat.
Tapi akhirnya godaan setan terus memperdengarkan nyanyian neraka lalu tergoda kembali untuk mengambil uang yang bukan haknya sedikit demi sedikit
Read more
Suatu hari di sebuah perusahaan, ketika para karyawannya kembali dari istirahat dan makan siang, mereka dikejutkan dengan sebuah pengumuman yang dipasang di pintu depan kantor tersebut. Pengumuman tersebut berbunyi, “Telah meninggal dunia orang yang telah menghambat karir Anda di kantor. Seluruh karyawan diharap berkumpul di aula untuk memberikan penghormatan terakhir…”
Setiap orang yang membaca pengumuman tersebut menjadi sedih, sekaligus bertanya-tanya siapa sebenarnya orang yang meninggal tersebut, karena mereka tidak mendengar ada kabar rekan kerja mereka meninggal.
Rasa penasaran para karyawan tersebut semakin meninggi saat tiba di aula untuk melakukan penghormatan terakhir. Setiap karyawan bertanya-tanya, “Siapakah orang ini yang menghambat karir saya? Tapi setidaknya dia sudah mati hari ini!”
Satu per satu karyawan diberi kesempatan mendekat ke peti mati yang terletak di tengah aula dan saat mereka melihat ke dalam peti mati tiba-tiba mereka tercekat dan tidak bisa berkata apa-apa. Mereka berdiri di dekat peti mati, terkejut dan diam, seperti ada yang menyentuh bagian yang terdalam dari jiwa-jiwa mereka.
Ada sebuah cermin dalam peti mati tersebut, dan setiap orang yang melongok ke dalam akan melihat dirinya sendiri. Di samping cermin tersebut terdapat sebuah tulisan, “Hanya ada satu orang yang mampu mengatur batas kemampuan dan karir Anda, yaitu ANDA SENDIRI.”
Anda adalah orang satu-satunya yang dapat me-revolusi diri Anda sendiri. Anda adalah satu-satunya orang yang dapat mempengaruhi kebahagiaan Anda, me-realisasikan sukses Anda sendiri. Dan Anda satu-satunya orang yang dapat membantu diri Anda sendiri.
Hidup Anda tidak berubah ketika atasan atau bos Anda berubah, ketika teman-teman Anda berubah, ketika orang tua Anda berubah, ketika perusahaan berubah.
Hidup Anda berubah ketika ANDA berubah, ketika Anda dapat berpikir melampaui keyakinan Anda yang membatasi, ketika Anda sadar bahwa Anda-lah satu-satunya orang yang bertanggung jawab pada hidup Anda.
Read more
Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Alex segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat.
Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama.
Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati Alex berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala.Alex bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.
Priiiiit……..!
Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Alex menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati.
Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu.
Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Sobari, teman mainnya semasa SMA dulu.
Hati Alex agak lega.
Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.
“Hai, Sob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”
“Hai, Lex.” Tanpa senyum.
“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”
“Oh ya?”
Tampaknya Sobari agak ragu.
Nah, bagus kalau begitu.
“Sob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”
“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”
Oooo, sepertinya tidak sesuai dengan harapan.
Alex harus ganti strategi.
“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.”
Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.
“Ayo dong Lex.
Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu.”
Dengan ketus Alex menyerahkan SIM, lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Sobari menulis sesuatu di buku tilangnya.
Beberapa saat kemudian Sobari mengetuk kaca jendela. Alex memandangi wajah Sobari dengan penuh kecewa.Dibukanya kaca jendela itu sedikit.
Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Sobari kembali ke posnya.
Alex mengambil surat tilang yang diselipkan Sobari di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini.
Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Alex membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Sobari.
“Halo Alex, Tahukah kamu Lex, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 tahun. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk anak-anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Lex. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. (Salam, Sobari)”.
Alex terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Sobari. Namun, Sobari sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan… ….
Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.
Read more
Suatu petang ketika orang2 sedang sibuk berebut waktu untuk segera pulang kerumah masing2 setelah melakukan rutinitas pekerjaannya, di sebuah halte busway terlihat seorang bapak dengan 3 anaknya yang masih kecil2.
Mereka sedang menunggu datangnya busway yang sebentar lagi akan membawa mereka pulang.
Ketiga anak itu berusia sekitar 8, 5 dan 3 tahun. Anak terkecil bagaikan seorang putri,ia begitu cantik dalam dekapan sang bapak. Sedangkan kedua anak lainya yang putra sedang asyik bermain2 kesana kemari. Itulah ciri anak seantero dunia.
Tibalah saatnya busway ditunggu datang.para penumpang pun seperti robot yang diperintahkan sama bergegas menuju pintu masuk busway, termasuk sang bapak dan ke3 anaknya.
Kemudian keluarga itu dapat duduk di kursi busway yang disusun seperti kereta api listril(KRL).
Lalu ke2 anak laki2nya beranjak dari kursinya dan bermain petak umpet di sela2 tubuh orang dewasa yang sebagian besar mengisi ruang busway itu.mereka sambil berteriak girang.
Terlihat beberapa penumpang yang wajahnya menjadi begitu muram. Mereka merasa tidak nyaman dengan kegaduhan itu.
Hingga akhirnya ada seorang penumpang pria yang ketus menyatakan protesnya ke sang bapak, "Pak,tolong anaknya di atur ya, disini kan penumpang juga ingin tenang, sudah capek kerja,eh pulang kok masih aja ada yang ganggu!!".
Lalu sang bapak sambil menggendong putrinya pun menjawabnya dengan senyum, "Maaf ya mas, ibu mereka baru saja meninggal sore ini di rumah sakit,dan saya belum mengatakan hal ini ke mereka.
Nanti begitu sampai rumah saya akan mengatakannya, biarlah mereka merasakan kegembiraan yang menjadi hak mereka, karna saya merasa mereka akan banyak kehilangan kegembiraan setelah tahu bahwa ibu yang biasa mengasuh mereka dan menyayangi mereka setiap saat sudah tidak bersama mereka lagi selamanya, mas tidak keberatan kan, kalau mereka bermain sebentar saja di bus ini?".
Mendengar apa yg dibicarakan sang bapak,sebagian penumpang yang mendengarnya lalu terdiam dan merenung, termasuk sang pria yang baru saja memperotes sang bapak dengan ketus, tiba2 mereka teringat akan kasih sayang dan kesalahan2 yang pernah mereka perbuat kepada ibunya.
Diam2 diantara mereka ada yang menggambil handphone di saku celananya, lalu jari jempolnya membuat sebaris kalimat, "Ibu apa kabar? besok pagi saya mau pulang menjenguk ibu.
Maafkan segala salah saya,ibu"
Kemudian dia mengirimkan sms itu ke nomor ibunya, dan berharap ia masih diberi kesempatan untuk berjumpa dengan ibunya besok...
Sayangilah orang tua (terlebih seorang ibu) sebelum kalian menyesali kepergiannya. Tangisan kalian akan sia-sia jikalau semasa hidupnya, tidak pernah kalian sayang kepada orang tua.
Read more
Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang
duduk dan berbincang-bincang di tepi sungai.
Kata ayah kepada anaknya, "lihatlah anakku,
air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa
air kita semua akan mati".
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil
mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan
air, ia mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu,
yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini.
Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir
sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ia
temui, "Hai tahukah kamu dimana air? Aku telah
mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati".
Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu.
Ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju
mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang penuh
dengan pengalaman. Kepada ikan sepuh itu ikan kecil
menanyakan hal serupa, "Di manakah air?"
Jawab ikan sepuh, "Tak usah gelisah anakku, air itu
telah mengelilingimu, sehingga kamu sendiri bahkan
tidak menyadari kehadirannya. Memang benar tanpa air
kita akan mati".
Kehidupan dan kebahagiaan ada di skeliling kita dan
sedang kita jalani sepanjang kita mau membuka diri
dan pikiran kita, karena SAAT UNTUK BERBAHAGIA ADALAH SAAT INI,
SAAT UNTUK BERBAHAGIA DAPAT KITA TENTUKAN.
Makna dari cerita di atas:
Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil,
mencari kesana-kemari tentang jati diri kehidupan dan kebahagiaan.
Padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang
melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya.
Read more